Jika sebelumnya perjalanan saya dipenuhi seputar keindahan jawa barat, kali ini saya coba bergeser ke pesona jawa tengah. Kali ini masih identik dengan perjalanan nanjak, tapi tanpa carriel ataupun tenda. Ini hanya sebuah perjalanan wisata, tapi tetap menantang dan mengesankan karena keindahan dan pesona keindahan alam yang saya tuju kali ini. Ya ini dia daerah Agro Wisata Kaligua, letak geografis Kaligua tepatnya berada di Desa Pandansari, kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian selatan. Agrowisata Kaligua dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah dan merupakan diversifikasi usaha untuk meningkatkan optimalisasi aset perusahaan dengan daya dukung potensi alam yang indah.
Wisata yang terletak di atas ketinggian 1.200 – 2.050 mdpl, tentunya memiliki udara yang dingin, kaligua terletak di lereng gunung Slamet.
Hari ini kebetulan tanggal merah, dan saya menyempatkan diri untuk berlibur ke rumah teman kerja yaitu mas Asep, rumahnya berjarak sekitar 10 Km dari wisata kaligua. Begitu pulang kerja Pkl. 17.00 WIB, saya dan mas Asep langsung berangkat menuju rumah dia, dari kota Purwokerto waktu tempuh sekitar 1 jam. dan kami berencana untuk menginap di rumah mas Asep, kemudian esok harinya langsung berangkat menuju Kaligua. kebetulan juga kondisi badan sedang drop sepertinya flu.
Esok harinya setelah istirahat kami berangkat menuju kaligua Pkl. 12.30 WIB. destinasi pertama yaitu Telaga Ranjeng, nama resminya yaitu “Tlogo Ranjeng”
Sekitar 40 menit kami sampai di Telaga Ranjeng, tidak terlalu banyak pengunjung, bisa dikatakan sepi, ya mungkin sekitar 20an pengunjung ketika kami sampai di telaga ranjeng. Kami memarkirkan motor tepat di seberang jalan depan pintu masuk dan membayar parkir sebesar Rp. 2000,-. Untuk masuk ke Telaga Ranjeng tidak perlu membayar karcis ataupun tiket seperti di telaga/ danau lainnya di tempat wisata. Namun disitu disediakan kencleng atau kotak untuk pengunjung yang bersedia memberikan uang untuk menyumbang kebersihan dan pemeliharaan, nominalnya tidak ditentukan alias seikhlasnya, Saya memasukkan Rp. 2.000,- untuk kami berdua.
Talaga / Tlogo Ranjeng
Begitu sampai di bibir danau/ telaga ranjeng, Saya pun dibuat takjub, karena melihat begitu banyak ikan Mas yang berukuran sangat besar rata-rata sebesar telapak tangan, bahkan ada beberapa yang melebihi 2 jengkal tangan saya, wow amazing dan anehnya lagi ikan-ikan ini tidak takut dengan kehadiran manusia yang mendekatinya, justru mereka mendekat seolah-olah meminta makan. Mas Asep langsung ke pedagang yang di dekat gerbang untuk membeli roti 2 bungkus untuk diberikan kepada ikan-ikan tersebut, dan benar saja ikan-ikan langsung berebut berkumpul untuk mendapatkan potongan-potongan roti yang diberikan oleh mas Asep, luar biasa Saya seperti sedang melihat panen ikan seperti di kolam.
Talaga Ranjeng
Ikan Mas Berukuran Besar
Berdasarkan penuturan mas Asep, Telaga Ranjeng sebelumnya berisi ikan-ikan lele yang berukuran besar dengan jumlah yang sangat banyak, jutaan. Konon Telaga Ranjeng memiliki mitos yang sangat kuat, ikan-ikan lele di danau ranjeng tidak boleh diambil, apabila diambil maka akan mendatangkan bencana bagi yang mengambilnya. Namun sekarang tidak terlihat ikan lele justru menjadi ikan-ikan Mas. Katanya ikan-ikan lele yang jumlahnya jutaan itu lenyap begitu saja sejak 2010an, tidak ada bangkai lele, dan tidak ada jejaknya. justru muncul ikan-ikan Mas. Wah, saya dibuat takjub dengan cerita tersebut.
Setelah puas menikmati keindahan Telaga Ranjeng kami melanjutkan perjalanan keatas 5 Km lagi, masih dengan menggunakan sepeda motor menuju area wisata kaligua yang sebenarnya, destinasi kami yaitu Goa Jepang. kalau outbound, flying fox dan arena permainan outdoor saya tidak begitu tertarik.
Perjalanan melewati area kebun teh PTPN 9, dan pabrik teh Hitam khas Kaligua. Di pintu gerbang masuk area wisata kaligua kami membayar tiket masuk sebesar Rp. 11.000,- / Orang.
Ternyata diatas sudah banyak wisatawan yang datang di area kaligua, ada kolam dengan sepeda air/ sepeda bebek, kolam renang, dan semuanya asli dari aliran sungai yang dialirkan khusus ke kolam tersebut, kemudian flying fox, serta gazeebo yang mengellingi area tersebut, dan tentunya area kebun teh yang asri dan sejuk.
Dari area bermain itu Goa Jepang keatas dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter, menanjak, dan alhasil membuat saya dan mas Asep ngos-ngosan. hahaha, sudah hampir 1 tahun saya tidak pernah lagi tracking menanjak seperti ini.
Setelah berjalan sekitar 10 menit kami sampai di Pintu masuk Goa Jepang, di pintu masuk goa ada petugas yang berjaga, namun pengunjung tidak dikenai tarif tertentu untuk masuk ke dalam goa jepang, seperti di telaga ranjeng, pengunjung cukup memberi seikhlasnya, dan kami memberi Rp. 2.000,- untuk kami berdua.
Goa Jepang di kaligua berbeda dengan Goa-goa wisata lainnya, tidak seperti goa belanda ataupun goa jepang di Dago Pakar Bandung, Goa Jepang di kaligua di terangi oleh lampu LED yang warna warni menghiasi beberapa sudut-sudut Goa dengan radius jarak tertentu. Goa ini lumayan panjang di dalamnya terdapat beberapa ruang-ruang khusus, seperti ruang tahanan, ruang senjata, ruang ritual, dan ada juga ruang pembantaian, hiii seram sekali ya.
Setelah puas menyusuri Goa ini, kami memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore, dan sebelum pulang ke rumah kami mampir dahulu ke warung di depan telaga ranjeng untuk menikmati kehangatan kopi sambil menikmati keindahan Telaga Ranjeng dan juga mampir ke Petilasan Candi Ronggeng yang sering dijadikan tempat semedi/ ritual, wow masih ada ya jaman sekarang model begituan.
Sebuah perjalanan sederhana yang luar biasa eksotis keindahan alamnya, namun satu lagi spot yang tidak kami kunjungi yaitu puncak sakub, menurut informasi dari puncak ini kita bisa melihat pesona puncak gunung slamet, dan jika beruntung cuaca cerah kita bisa melihat Gunung Ciremai, Jawa Barat.
Ya no problem next time dalam kunjungan selanjutnya pasti saya akan coba mampir ke puncak sakub.
Brebes, 10 Oktober 2015.