Solo Hiking Gunung Sumbing 3371 MDPL via Garung Lama

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail
Jalur pendakian Jalur lama, sebelah kiri

Jalur pendakian Jalur lama, sebelah kiri

Kali ini trip masih sama yaitu ke gunung sumbing, rasa penasaran karena pendakian pertengahan bulan agustus kemarin tidak sampai puncak, juga ingin mencoba untuk solo hiking ke gunung sumbing. Bukan bermaksud sok kuat atau sok jagoan, tapi hanya ingin mencoba menikmati mendaki gunung sendirian dan mencoba memompa batas diri dan tentunya sedikit keluar dari zona nyaman. Karena alam bukan tempat untuk bergaya-gayaan atau eksis-eksisan, karena alam adalah tempat terbaik untuk memompa semangat dan bersyukur akan kehidupan yang telah diberikan oleh-Nya kepada kita.

 

Bukan bermaksud sok kuat atau sok jagoan, tapi hanya ingin mencoba menikmati mendaki gunung sendirian dan mencoba memompa batas diri

Tepat 1 hari setelah idul adha dan kebetulan idul adha 02 September 2017,  dengan persiapan seminggu lebih baik fisik maupun perlengkapan.

Rencana pendakian kali ini yaitu 1 hari Pulang Pergi dengan estimasi perjalanan kurang lebih 8 jam via Garung Lama. Perlengkapan kali ini saya coba packing menggunakan daypack 35 liter milik saya, dengan tujuan agar lebih leluasa dalam bergerak, P3K, tenda, jas hujan, air mineral 4 liter dan peralatan logistik lainnya sudah saya siapkan untuk jaga-jaga jika memang ternyata kondisi harus memaksa untuk bermalam di gunung sumbing.



Pukul 07.30 saya siap-siap berangkat, Aulia yang malam harinya sempat ingin ikut saya, terlihat memelas tetap ingin ikut, hehehe, next time ya sayang, pasti ayah ajak lagi naik gunung.

Pukul 07.00 WIB saya diantar teman menggunakan sepeda motor dan tiba di basecamp kemudian mengisi pendaftaran dan membayar biaya registrasi masih sama Rp. 15.000,- .

Berpose dulu di basecamp

Berpose dulu di basecamp

Basecamp – Pos 1 

Jalur bebatuan yang disusun rapih lebar cukup untuk 1 mobil.

Perjalanan dari basecamp Pukul 07.15 WIB menggunakan ojek dengan tujuan menghemat waktu, mengingat ini adalah perjalanan PP.

Pukul 07.30 WIB sampai di POS 1, sedikit stretching dan mengamati sekitar masih sepi dan sangat dingin sekali kabut masih cukup tebal. hanya saya sendirian disini.

 

Pos 1 – Pos 2 (Pukul 07.30 – 08.00 WIB)

Jalur perbatasan hutan dan ladang petani, jalan setapak dan relatif menanjak.

Jalan masih lembab, dan saya mulai berjalan perlahan menikmati suara burung dan serangga, sengaja saya tidak pasang musik melalui earphone, karena ingin menikmati suara indah alam ini, ditambah suara tarikan nafas saya yang naik turun, hahaha.

Hening, sejuk, nikmat sekali kawan.

Gunung sumbing relatif sangat bersih, karena memang kebijakan dari basecamp memberikan 1 buah karung untuk mengangkut sampah yang kita bawa turun kembali ke bawah.

di jalan saya tersenyum sendiri ketika melintasi jalan menanjak dengan sebuah tunggul di tengah-tengahnya, dimana 2 minggu lalu bro Asep sempat ambruk sebentar disini. dan gelak tawa lainnya ketika berhasil siuman lagi.

Pukul 08.00 WIB saya sampai di POS 2, sudah ada 2 orang cowok dan cewek sedang berkemas tenda dan peralatan bekas menginap disini, sedikit tegur sapa dan saling memperkenalkan asal darimana. Mereka berniat melanjutkan pendakian hari ini menuju puncak.

 

POS 2 – POS 3 (Pukul 08.03 – 08.43 WIB)

Jalur menanjak, tanah merah dan berpasir.

Setelah menghela nafas +- 2 menit, perjalanan saya lanjutkan menuju POS 3, tentunya melewati engkol-engkolan, yang menjadi momok melelahkan pada pendakian 2 minggu yang lalu. Kondisi engkol-engkolan lebih kering dan berdebu, dengan tongkat kayu yang saya siapkan saat perjalan sebelum engkol-engkolan saya perlahan melangkah hingga sampai di POS 3, 40 menit kemudian.

IMG_20170902_084419

POS 3

dari POS 3 saya putuskan untuk terus jalan, disini ada sekitar 4 tenda yang sepi, sepertinya ditinggalkan pemiliknya untuk summit.

Pukul 08.51 WIB tiba di camp Sedelupak Roto yaitu sebelum Pestan tempat beberapa hari yang lalu kami camp disini bersama Aulia.

Camp POS 3

Camp Sedelupak Roto

disini sudah banyak tenda berdiri dan sepi karena memang ditinggalkan penghuninya untuk summit, berarti di atas banyak orang, gumam saya dalam hati.

Cuaca mulai terik dan lembab. menghela nafas sebentar sekitar 2 menit, perjalanan saya lanjutkan menuju Pasar Watu

Sedelupak Roto – Pasar Watu

Dari pestan menuju pasar watu Jalur tanah merah, kemudian berbatu ketika sampai kawasan pasar watu, daerah terbuka dan rerumputan, hanya ada beberapa pohon kecil. jadi memang tempat yang baik untuk camp yaitu Sedelupak roto.

Di perjalanan saat di pestan terlihat rombongan bule sekitar 4 orang sedang berkemas untuk turun, dan beberapa orang porter. ngobrol sebentar dan mereka dari Melbourne, Australia.

lanjut lagi tak ingin membuang banyak waktu, langsung berjalan lagi. Jam 10 Pagi sampai di Pasar Watu dan sesekali berpapasan dengan pendaki yang turun dari puncak, tegur sapa dan saling tanya sekilas, itu sudah menjadi tradisi para pendaki, seperti saudara sendiri.

 

Pasar Watu – Watu Kotak (Pukul 10.05 – 10.39)

Jalan berpasir tanah merah dan berbatu. vegetasi terbuka hanya ada dinding batu yang disebut watu kotak.

Sekitar 30 menit saya sampai di Watu Kotak, cuaca cukup hangat dan terik, namun angin berhembus cukup kencang.

Disini bertemu 3 orang pendaki, sepertinya mahasiswa terlihat sedang istirahat santai sambil menikmati rokoknya. Saya berhenti sekitar 10 menit ngobrol-ngobrol sambil mengganjal perut dengan getuk goreng bekal dari istri. Terbesit keinginan untuk ikut merokok juga, tapi berhasil saya tepis, asap rokok akan memperlambat perjalan saya.

Setelah cukup istirahat, saya lanjutkan perjalan menuju Puncak yang memang sudah terlihat dari Watu kotak.

 

Watu Kotak – Puncak ( 10.50 – 11.55 )

Jalan batuan kecil cenderung berpasir dan tentunya licin berdebu. vegetasi pohon cantigi.

perjalanan menuju puncak menjadi lebih melambat, karena memang tenaga yang berkurang dan perut saya sudah keroncongan, perjalanan menanjak dan berdebu melewati tanah putih, tapi saya mencoba memotivasi diri dengan menempatkan nasi dan kopi sebagai bonus saat di puncak. jika ingin makan maka nanti di puncak. hahaha, ya seperti hadiah saja.

Di perjalanan menuju puncak saya mabil jalan melipir ke kiri yaitu menuju puncak Cakrawal, karena melihat kontur menuju Puncak Buntu (Batu Singa) sangat menanjak dengan kemiringan lebih dari 45 derajat.

Puncak (11.55-13.00)

Kondisi sekitar puncak terbuka, dan angin cukup kencang.

Pukul 11.55 sampai juga akhirnya di puncak cakrawala, tidak ada siapa-siapa sendirian di puncak ini, dan memang yang ramai puncak sebelahnya yaitu puncak buntu.

Cuaca cerah, lautan awan terhampar luas, di sebarang gunung Sindoro yaitu gunung yang 3 bulan lalu saya daki terlihat sangat jelas, dari kejauhan terlihat merbabu dan merapi melambai.

Setelah foto-foto sebentar, saya menuju ke batu singa dimana dibawahnya terdapat tempat untuk berteduh yang bisa saya pergunakan untuk makan siang dan minum kopi sambil menikmati pemandangan tentunya, hehehe.

Makan kali ini yaitu bekal yang sudah disiapkan istri sebelumnya, menunya sayur ikan dan telur goreng, so cukup memanaskan air untuk kopi dan nyemil getuk goreng.

cuaca bagus, angin lumayan kencang, matahari cukup terik dan udara lembab.

Ada kesan sunyi tenang ketika sendirian di puncak, sambil mengunyah makanan sambil menikmati ketinggian, desiran angin menerpa ilalang, dan bla bla bla, hahaha,kalau diterusin bisa jadi puisi mading nanti. hehehe

Masak Air untuk Kopi

Masak Air untuk Kopi

Puncak – POS 1 (13.00 – 15.00 WIB)

Puas menikmati puncak selama 1 jam, saya putuskan untuk turun melalui jalur puncak buntu yang curam, perlahan tapi pasti terus melangkah ke bawah.

di perjalanan bertemu dengan para pendaki yang sedang naik, dan kadang berpapasan dengan pendaki yang juga sedang turun. ada beberapa pendaki yang kehabisan air dan saya bagi sebagian punya saya, karena stok air masih melimpah di tas, 3 liter ditambah air mineral 600ml.

ketika sampai tanah putih ketemu lagi dengan 3 orang pendaki yang tadi bertemu di watu kotak, ternyata mereka kaget karena saya sudah turun lagi sedangkan mereka baru sampai tanah putih menuju puncak.

Perjalanan turun praktis tanpa berhenti sama sekali, langsung jalan terus sampai POS 1.

walaupun memang kaki terasa panas dan dengkul sudah mulai goyang, diperjalanan turun bertemu dengan banyak pendaki yang sedang naik. malahan saya bertemu dengan 2 orang yang tadi diceritakan di atas bertemu di POS 2, ternyata mereka mendirikan tenda lagi di shelter tepat di atas Engkol-engkolan untuk bermalam lagi disitu, sepertinya kelelahan setelah melewati engkol-engkolan.

setelah terus berjalan sampai juga Pukul 15.00 WIB sampai di POS 1 langsung naik ojek menuju Basecamp.

Sampai di basecamp Pukul 15.15 WIB laporan ke Basecamp, cuci muka dan bersantai sejenak, kemudian turun ke bawah menuju jalan raya untuk naik mikrolet menuju rumah Pak De di daerah Kalikuto dengan ongkos 3 ribu rupiah.

Sampai di rumah pak De disambut Aulia dan Istri tercinta, give me loves hug baby.

Buka sepatu dan benar saja kaki melepuh karena berjalan turun tanpa henti dan dengan kondisi sepatu yang memang harus sudah ganti, sepatu dari tahun 2011 yang setia menemani.

Pengalaman yang luar biasa dengan kenikmatan sunyi, sepi, fresh, dan satu kata untuk gunung sumbing, Luar biasa indah.

Facebook Comments